BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Angka Kematian
Ibu atau AKI di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN. Di
Thailand resiko kematian ibu karena
melahirkan hanya 1 dari 100.000 kelahiran. Sasaran pembangunan kesehatan tahun
2005-2009 adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan
akses terhadap pelayanan kesehatan yang mencakup, meningkatnya umur harapan
hidup dari 66,2 tahun menjadi 67,9 tahun, menurunnya angka kematian bayi dari
35 menjadi 25 per 1000 kelahiran hidup, menurunnya AKI dari 307 menjadi 226 per
100.000 kelahiran hidup dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari
25,8% menjadi 20%.
Hasil survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2005, angka kematian ibu di
Indonesia 307 per 100.000 kelahiran hidup. Dengan kecenderungan seperti ini,
pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs)untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) sebesar 225/100.000 kelahiran hidup akan sulit terwujud
kecuali akan dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju
penurunannya. Ada tiga fase terlambat yang berkaitan erat dengan angka kematian
ibu hamil dan bersalin, yaitu: 1. terlambat untuk mengambil keputusan mencari
pertolongan ke pelayanan kesehatan terdekat atau merujuk dari pelayanan
kesehatan ke pelayanan kesehatan lainnya; 2. terlambat untuk sampai atau tiba
di pelayanan kesehatan; 3. terlambat menerima asuhan atau sampai di pelayanan
kesehatan.
KIA sebagai
bagian dari Millenium Development Goals (MDGs) memiliki beberapa kegiatan pokok
dalam rangka pencapaian Kesehatan Ibu dan Anak. Salah satunya, yaitu pelayanan Antenatal. Oleh sebab itu, melalui
makalah ini penulis ingin memberi gambaran tentang pentingnya peranan pelayanan
antenatal dalam pencapaian Kesehatan
Ibu dan Anak.
1.2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1) Apa
pengertian pelayanan antenatal?
2) Siapakah
sasaran pelayanan antenatal
3) Apa
tujuan pelayanan antenatal ?
4) Apa
saja fungsi pelayanan antenatal ?
5) Bagaimana
cara pelayanan antenatal?
6) Bagaiman
bentuk intervensi pada pelayanan antenatal
?
7) Apa
saja komplikasi dalam kehamilan?
1.3.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka dapat diuraikan tujuan penulisan dari makalah ini
adalah sebagai berikut :
1) Memahami
tentang pengertian pelayanan antenatal
2) Mengetahui
tentang sasaran pelayanan antenatal
3) Memahami
tentang tujuan pelayanan antenatal
4) Mengetahui
tentang fungsi pelayanan antenatal
5) Memahami
tentang cara pelayanan antenatal
6) Memahami
tentang bentuk intevensi pada pelayanan antenatal
7) Mengetahui
tentang komplikasi dalam kehamilan
1.4. Manfaat
Penulisan
Manfaat
dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu bahan referensi bagi mahasiswa dalam mempelajari materi tentang
pelayanan antenatal (ANC).
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Antenatal Care
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan
oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan
sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar
Pelayanan Kebidanan (SPK) (Depkes, 2010). Pelayanan antenatal
terintegrasi merupakan integrasi pelayanan antenatal rutin dengan
beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai
prioritas Departemen Kesehatan, yang
diperlukan guna meningkatkan kualitas
pelayanan antenatal.
Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan antenatal
terintegrasi meliputi :
a. Maternal
Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)
b. Antisipasi
Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)
c. Pencegahan
dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)
d. Eliminasi
Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia
e. Pencegahan
dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)
f. Pencegahan
Malaria dalam Kehamilan (PMDK)
g. Penatalaksanaan
TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta
h. Pencegahan
Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)
i.
Penanggulangan Gangguan Intelegensia
pada Kehamilan (PAGIN).
(Depkes
RI, 2009)
2.2. Sasaran Antenatal
Care
Sasaran
pelayanan antenatal adalah jumlah semua ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu. Angka ini dapat diperoleh dengan berbagai cara :
- Angka sebenarnya,yang diperoleh berdasarkan cacah jiwa.
- Angka perkiraan
- Angka kelahiran kasar ( CBR ) x 1,1 x jumlah penduduk setempat dengan pengambilan angka CBR dari propinsi,atau bila ada dari kabupaten setempat atau 3 % dari jumlah penduduk setempat.
2.3. Tujuan Antenatal Care
Baru
dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil secara teratur dan tertentu. Dengan usaha itu
ternyata angka mortalitas serta
morbiditas ibu dan bayi jelas menurun.
Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan
anak dalam kehamilan, persalinan dan
masa nifas, sehingga keadaan mereka saat postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga
mental.
Menurut
Departemen Kesehatan RI (2002) tujuan pelayanan antenatal adalah:
1) Memantau
kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
2) Meningkatkan
serta mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu dan janin.
3) Mengenali
secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan
persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayi dengan trauma
seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan
ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Eksklusif.
6) Mempersiapkan
peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang
secara normal.
7) Menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
2.4. Fungsi Antenatal Care
a. Promosi
kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan.
b. Melakukan
screening, identifikasi pada wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan merujuk
bila perlu.
c. Memantau
kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani masalah yang
terjadi.
2.5. Cara Pelayanan Antenatal
Care
Untuk
menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan, setiap ibu hamil
dianjurkan untuk melakukan kunjungan antenatal yang berkualitas minimal 4 kali,
yaitu :
a. Minimal
1 kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum minggu ke 16).
b. Minimal
1 kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu ke 24-28).
c. Minimal
2 kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu ke 30-32 dan antara
minggu ke 36-38).
Menurut
Kemenkes RI (2011), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan standar pelayanan
antenatal yang dikenal dengan istilah 7T, yaitu :
a. Ukur
tinggi badan
b. Timbang
berat badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA)
c. Ukur
Tekanan Darah
d. Ukur
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
e. Imunisasi
Tetanus Toxoid (TT)
f. Pemberian
Tablet besi (fe)
g. Tanya/Temu
wicara
Cara
pelayanan antenatal care :
1) Kunjungan
selama trimester pertama (sebelum minggu ke 16) (K1)
·
Pada kunjungan pertama lengkapi riwayat
medis ibu yang meliputi identitas ibu, riwayat kehamilan sekarang, riwayat
kontrasepsi, riwayat medis lain, dan riwayat sosial ekonomi.
·
Pemeriksaan fisik umum pada kujungan
pertama
-
Tanda vital: (tekanan darah, suhu badan,
frekuensi nadi, frekuensi napas)
-
Berat badan
-
Tinggi badan
-
Lingkar lengan atas (LILA)
-
Muka : apakah ada edema atau terlihat
pucat.
-
Status generalis atau pemeriksaan fisik
umum lengkap, meliputi: kepala, mata, higiene mulut dan gigi, karies, tiroid,
jantung, paru, payudara (apakah terdapat benjolan, bekas operasi di daerah
areola, bagaimana kondisi puting), abdomen (terutama bekas operasi terkait uterus),
tulang belakang, ekstremitas (edema, varises, refleks patella), serta
kebersihan kulit.
·
Pemeriksaan fisik obstetri pada
kunjungan pertama
-
Tinggi fundus uteri.
-
Vulva/perineum untuk memeriksa adanya varises,
kondiloma, edema, hemoroid, atau kelainan lainnya.
-
Pemeriksaan dalam untuk menilai:
serviks, uterus, adneksa, kelenjar bartholin, kelenjar skene , dan uretra (bila
usia kehamilan <12 minggu).
-
Pemeriksaan inspekulo untuk menilai:
serviks, tanda-tanda infeksi, dan cairan dari ostium uteri.
-
palpasi dengan metode Leopold I
Leopold I : menentukan tinggi
fundus uteri dan bagian janin yang terletak di fundus uteri(dilakukan sejak
awal trimester I).
·
Pemeriksaan laboratorium pada kunjungan
pertama
-
Kadar hemoglobin.
-
Golongan darah ABO dan rhesus.
-
Tes HIV: ditawarkan pada ibu hamil di
daerah epidemi meluas dan terkonsentrasi, sedangkan di daerah epidemi rendah
tes HIV ditawarkan pada ibu hamil dengan IMS dan TB.
-
Rapid test atau
apusan darah tebal dan tipis untuk malaria: untuk ibu yang tinggal di atau
memiliki riwayat bepergian kedaerah endemic malaria dalam 2 minggu terakhir.
·
Pemeriksaan USG
Pada awal kehamilan
(idealnya sebelum usia kehamilan 15 minggu) untuk menentukan usia gestasi,
viabilitas janin, letak dan jumlah janin, serta deteksi abnormalitas janin yang
berat.
·
Beri ibu 60 mg zat besi elemental segera
setelah mual/muntah berkurang, dan 400μg asam folat 1x/hari sesegera mungkin
selama kehamilan.
·
Di area dengan asupan
kalsium rendah, suplementasi kalsium 1,5-2 g/hari dianjurkan untuk pencegahan
preeklampsia bagi semua ibu hamil, terutama yang memiliki risiko tinggi
(riwayat preeklampsia di kehamilan sebelumnya, diabetes, hipertensi kronik,
penyakit ginjal, penyakit autoimun, atau kehamilan ganda)
·
Pemberian 75 mg aspirin tiap
hari dianjurkan untuk pencegahan preeklampsia bagi ibu dengan risiko tinggi,
dimulai dari usia kehamilan 20 minggu.
·
Beri ibu vaksin tetanus
toksoid (TT) sesuai status imunisasinya. Pemberian imunisasi pada wanita usia
subur atau ibu hamil harus didahului dengan skrining untuk mengetahui jumlah
dosis (dan status) imunisasi tetanus toksoid (TT) yang telah diperoleh selama
hidupnya. Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval (selang waktu) maksimal,
hanya terdapat interval minimal antar dosis TT.
-
Jika ibu belum pernah
imunisasi atau status imunisasinya tidak diketahui, berikan dosis vaksin (0,5
ml IM di lengan atas)
Pemberian vaksin TT untuk ibu yang belum pernah imunisasi (DPT/TT/Td)
atau tidak tahu status imunisasinyanimal
Pemberian
|
Selang waktu minimal
|
TT1
|
Saat kunjungan pertama (sedini mungkin pada kehamilan)
|
TT2
|
4 minggu setelah TT1 (pada kehamilan)
|
TT3
|
6 bulan setelah TT2 (pada kehamilan, jika selang waktu minimal
terpenuhi)
|
TT4
|
1 tahun setelah TT3
|
TT5
|
1 tahun setelah TT4
|
-
Dosis booster mungkin diperlukan pada
ibu yang sudah pernah diimunisasi. Pemberian dosis booster 0,5 ml IM
disesuaikan dengan jumlah vaksinasi yang pernah diterima sebelumnya.
Pemberian
vaksin tetanus untuk ibu yang sudah pernah diimunisasi (DPT/TT/Td)
Pernah
|
P
emberian dan selang waktu
|
1 kali
|
TT2, 4 minggu setelah TT1 (pada kehamilan)
|
2 kali
|
TT3, 6 bulan setelah TT2 (pada kehamilan, jika selang waktu minimal
terpenuhi)
|
3 kali
|
TT4, 1 tahun setelah TT3
|
4 kali
|
TT5, 1 tahun setelah TT4
|
5 kali
|
Tidak perlu lagi
|
·
Memberikan materi konseling, informasi
dan edukasi
Buku Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) wajib dimiliki oleh setiap ibu hamil, karena materi konseling dan
edukasi yang perlu diberikan tercantum di buku tersebut.
2) Kunjungan
selama trimester kedua (antara minggu ke 24-28) (K2)
·
Memperhatikan catatan ibu pada kunjungan
sebelumnya serta menanyakan keluhan yang dialami ibu selama kehamilan.
·
Pemeriksaan fisik umum
-
Tanda vital: (tekanan darah, suhu badan,
frekuensi nadi, pernafasan napas).
-
Berat badan
-
Edema
-
Pemeriksaan terkait masalah yang telah
teridentifikasi pada kunjungan sebelumnya.
·
Pemeriksaan obstetri
-
Pantau tumbuh kembang janin dengan
mengukur tinggi fundus uteri. Sesuaikan dengan grafik tinggi fundus.
-
Palpasi dengan metode Leopold II dan
Leopold III
Leopold II : menentukan
bagian janin pada sisi kiri dan kanan ibu(dilakukan mulai akhir trimester II).
Leopold III : menentukan
bagian janin yang terletak di bagian bawah uterus (dilakukan mulai akhir
trimester II).
-
Auskultasi denyut jantung janin
menggunakan fetoskop atau Doppler (jika usia kehamilan > 16 minggu).
·
Pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
-
Urinalisis (terutama protein urin pada
trimester kedua dan ketiga) jika terdapat hipertensi.
-
Pemeriksaan sputum bakteri tahan asam
(BTA): untuk ibu dengan riwayat defisiensi imun, batuk > 2 minggu atau LILA
< 23,5 cm.
-
Tes sifilis.
-
Gula darah puasa.
·
Pemeriksaan USG
Pada usia kehamilan
sekitar 20 minggu untuk deteksi anomali Janin.
·
Identifikasi komplikasi dan melakukan
rujukan.
3) Kunjungan
selama trimester ketiga (antara minggu ke 30-32 dan antara minggu ke 36-38) (K3
dan K4)
·
Memperhatikan catatan ibu pada kunjungan
sebelumnya serta menanyakan keluhan yang dialami ibu selama kehamilan
·
Pemeriksaan fisik umum
-
Tanda vital: (tekanan darah, suhu badan,
frekuensi nadi, pernafasan napas)
-
Berat badan
-
Edema
-
Pemeriksaan terkait masalah yang telah
teridentifikasi pada kunjungan sebelumnya
·
Pemeriksaan obstetri
-
Pantau tumbuh kembang janin dengan
mengukur tinggi fundus uteri. Sesuaikan dengan grafik tinggi fundus.
-
palpasi dengan metode Leopold IV
Leopold IV : menentukan
berapa jauh masuknya janin ke pintu atas panggul (dilakukan bila usia kehamilan
>36 minggu).
·
Pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
-
Urinalisis (terutama protein urin pada
trimester kedua dan ketiga) jika terdapat hipertensi.
-
Kadar hemoglobin pada trimester ketiga
terutama jika dicurigai anemia.
-
Pemeriksaan sputum bakteri tahan asam
(BTA): untuk ibu dengan riwayat defisiensi imun, batuk > 2 minggu atau LILA
< 23,5 cm.
-
Tes sifilis.
-
Gula darah puasa.
·
Pemeriksaan USG
Pada trimester ketiga
untuk perencanaan persalinan
·
Identifikasi komplikasi dan melakukan
rujukan
2.6. Intervensi Dalam Pelayanan Antenatal Care
Intervensi dalam
pelayanan antenatal care adalah
perlakuan yang diberikan kepada ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan.
Adapun intervensi dalam pelayanan antenatal
care adalah :
1.
Intervensi
Dasar
a. Pemberian tetanus toxoid
·
Tujuan
pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum, pemberian
TT baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya 2 kali
dengan interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapatkan
TT 2 kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT
cukup diberikan satu kali (TT ulang). Untuk menjaga efektifitas vaksin perlu
diperhatikan cara penyimpanan serta dosis pemberian yang tepat.
·
Dosis dan pemberian 0,5 cc pada lengan
atas
b. Pemberian Zat Besi
· Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu
hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat
· Di mulai dengan memberikan satu
sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4
320 Mg (zat besi 60 Mg) dan Asam Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet.
Tablet besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu
penyerapan.
2.
Intervensi
Khusus
·
Berdasarkan faktor risiko, adalah
sebagai berikut :
a.
Umur ibu kurang dari 20 tahun
Bagi ibu hamil dengan umur yang
kurang dari 20 tahun bukan berarti ibu termasuk tidak normal melainkan ibu
tergolong dengan resiko tinggi. Hamil pada usia remaja tentu akan berdampak
besar bagi masa depan ibu. Organ reproduksi remaja belum matang untuk menerima
kehamilan. Dari kesiapan psikologis untuk menjalani hidup berumah tangga juga
akan berpengaruh bagi ibu muda. Memang ada kemungkinan ibu untuk melahirkan
secara normal, namun untuk kehamilan ibu sendiri harus dalam pengawasan. Resiko
yang kemungkinan dialami yaitu perdarahan pasca persalinan, pre-eklamsi sampai
terjadinya eklamsi, bayi beresiko mengalami kecacatan kongenital. Resiko yang
kemungkinan dialami adalah terjadinya kanker serviks atau kanker leher rahim
dimana yang menjadi faktor predisposisinya yaitu kontak seksual pertama kali di
usia muda.
b.
Hamil
dengan umur diatas 35 tahun
Beberapa wanita hamil di atas umur
35 tahun. Perlu dipahami bahwa semakin tua umur wanita maka kualitas sel telur
yang dihasilkan juga semakin menurun, sehingga resiko melahirkan bayi dengan
kelainan/ cacat sangat besar terjadi. Selain itu masih ada beberapa resiko lain
yang kemungkinan bisa ditimbulkan seperti kehamilan kembar, menderita diabetes
gestasional sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat badan besar, tekanan
darah tinggi, resiko bayi yang dilahirkan dengan kelainan kromosom (sindrom
down) dan besar kemungkinan terjadinya keguguran di awal kehamilan.
c.
Tinggi
badan ibu kurang dari 145 cm
Tinggi badan seseorang mempengaruhi
bentuk panggul seseorang. Tinggi badan yang kurang dari 145 cm beresiko
terjadinya panggul sempit.Panggul yang merupakan jalan lahir bagi bayi. Bayi
dapat lahir dengan lancar apabila jalan yang dilaluinya tidak ada hambatan.
Apabila jalan untuk lahir sempit dan tidak sesuai dengan ukuran bayi, maka
dapat di pastikan bayi tidak bisa dilahirkan secara normal. Namun, tidak semua
ibu hamil dengan tinggi kurang dari 145cm diharuskan untuk operasi caesar.
Semua tergantung dari kesesuaian antara bentuk panggul dengan besar bayi.
d.
Berat
badan ibu kurang dari 45 kg
Saat dimulainya kehamilan ibu
memiliki berat badan kurang dari 45kg, sebaiknya ibu harus melakukan tindakan
untuk meningkatkan berat badan ibu dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
frekuensi makan ditingkatkan. Berat badan yang rendah (< 45 kg) akan sangat
berpengaruh terhadap asupan nutrisi ke janin. Selain itu fungsi plasenta juga
bisa mnegalami penurunan fungsi akibat dari transport nutrisi yang tidak
adekuat. Resiko lain yang mungkin ditimbulkan adalah bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR).
e.
Jarak
anak terakhir dengan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahhun
Alat
reproduksi memerlukan waktu untuk dapat berfungsi dengan sempurna. Waktu yang
diperlukan untuk masa pemulihan ini minimal 2 tahun. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa resiko untuk melahirkan dengan jarak kurang dari 2 tahun itu
besar. Ibu beresiko 3 kali lebih besar melahirkan bayi dengan gangguan
perkembangan. Pada studi yang dilakukan oleh Dr Keely Cheslack Postava dari
Colombia University menyatakan bahwa ibu dengan jarak kehamilan terlalu dekat
semakin meningkatkan resiko bayi lahir dengan autisme.
f.
Jumlah
anak lebih dari 4
Jumlah anak yang terlalu banyak
tentu akan berhubungan dengan sistem alat reproduksi. Banyak komplikasi yang
bisa ditimbulkan dengan seringnya melahirkan. Komplikasi bisa terjadi baik
selama kehamilan maupun saat persalinan. Komplikasi selama kehamilan yaitu
terjadinya perdarahan antepartum, terlepasnya sebagian atau seluruh bagian
plasenta yang bisa menimbulkan kematian janin, tertutupnya jalan lahir oleh
plasenta sehingga perlu pemeriksaan dan penanganan dari dokter spesialis
kandungan anda.
2,7. Komplikasi Kehamilan
Menurut
Departemen Kesehatan RI (1997), jika tidak melaksanakan Asuhan Antenatal Care
(ANC) sesuai aturan, dikhawatirkan akan terjadi komplikasi-komplikasi yang
terbagi menjadi tiga kelompok (Arsita, 2012) :
a) Komplikasi
obstetri langsung
(1) Perdarahan
Pendarahan antepartum
adalah pendarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih
banyak dan lebih berbahaya daripada pendarahan kehamilan sebelum 28 minggu
(Mochtar, 1998). Jika pendarahan terjadi di tempat yang jauh dari fasilitas
pelayanan kesehatan atau fasilitas pelayana kesehatan tersebut tidak mampu
melakukan tindakan yang diperlukan, maka umumnya kematian maternal akan terjadi
(Rochjati, 2003).
(2) Pre
eklamasi/eklamsia
Merupakan kondisi ibu
yang disebabkan oleh kehamilan disebut dengan keracunan kehamilan, dengan
tanda-tanda udem (pembengkakan), terutama pada tungkai dan muka, tekanan darah
tinggi, dan dari pemeriksaan laboratorium urine terdapat protein. Kematian
karena eklampsia meningkat dengan tajam dibandingkan pada tingkat preeclampsia
berat (Manuaba, 1998).
(3) Kelainan
letak lintang, sungsang primi gravida
Ø Kelainan letak lintang,
merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (trimester
tiga). Kepala janin ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Janin letak
lintang tidak dapat lahir melalui persalinan normal karena sumbuh tubuh janin
melintang terhadap sumbu tubuh ibu. Bayi membutuhkan pertolongan Caesar
(Rochjati, 2003).
Ø Kelainan sungsang primi gravida, merupakan
kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (trimester ketiga)
dengan kepala di atas dan bokong atau kaki di bawah. Bayi letak sungsang lebih
sukar dilahirkan karena kepala lahir terakhir (Rochjati, 2003).
(4) Hidramnion
Kehamilan dengan jumlah
air ketuban lebih dari dua liter. Keadaan ini mulai tampak pada trimester
ketiga, dapat terjadi secara perlahan-lahan atau sangat cepat.
(5) Ketuban
pecah dini (KPD)
Keluarnya cairan berupa
air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu. Ketuban dinyatakan pecah
dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput
ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun
kehamilan aterm (Saifudin, 2002).
b) Komplikasi
obstetri tidak langsung
(1) Penyakit
jantung
Pada saat kehamilan,
penyakit jantung ini akan menjadi lebih berat. Pengaruh penyakit jantung
terhadap kehamilan adalh dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan janin
dengan berat badan lahir rendah, prematuritas, kematian janin dalam rahim, dan
dapat juga terjadi abortus.
(2) TBC
(Tuberkolosis)
Penyakit ini tidak
berpengaruh secara langsung terhadap janin dan tidak memberikan penularan
selama kehamilannya. Janin baru akan tertular setelah dilahirkan. Bila
tuberculosis sudah berat, dapat menurunkan kondisi tubuh ibu hamil, tenaga dan
termasuk ASI ikut berkurang, bahkan ibu dianjurkan untuk tidak memberikan ASI
kepada bayinya secara langsung.
(3) Anemia
Pengaruh terhadap
kehamilan antara lain adalah dapat menurunkan daya tahan ibu hamil sehingga ibu
mudah sakit, menghambat pertumbuhan janin sehingga bayi lahir dengan berat
badan rendah dan persalinan premature (Rochjati, 2003).
(4) Malaria
Bahaya yang mungkin
terjadi pada kehamilan antara lain abortus, kematian janin dalam kandungan, dan
persalinan premature (Rochjati, 2003)
(5) Diabetes
militus
Pengaruh terhadap
kehamilan tergantung pada berat-ringannya penyakit, pengobatan, dan
perawatannya. Pengobatan diabetes mellitus menjadi lebih sulit karena pengaruh
kehamilan. Kehamilan akan memperberat diabetes mellitus dan memperbesar kemungkinan
timbulnya komplikasi seperti koma (Rochjati, 2003).
c) Komplikasi
yang tidak berhubungan dengan obsterik, seperti cedera akibat kecelakaan
(kendaraan, keracunan, dan kebakaran).
BAB
III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1)
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan
kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil.
2)
Sasaran
pelayanan antenatal, yaitu adalah jumlah semua ibu hamil di
suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
3)
Tujuan pelayanan
antenatal, yaitu memantau kemajuan
kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi; meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi; mengenali
secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan; mempersiapkan
persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, Ibu maupun bayinya dengan
trauma seminimal mungkin; dan mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam
menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Saifuddin,
dkk., 2002).
4)
Fungsi pelayanan
antenatal, yaitu promosi kesehatan
selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan; melakukan screening,
identifikasi dengan wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan merujuk bila
perlu; dan memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan
menangani masalah yang terjadi.
5)
Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar
pelayanan antenatal menurut Depkes RI
yang dikenal dengan istilah 7T dan didistribusikan ke dalam jadwal kunjungan ibu hamil.
6)
Intervensi dalam
pelayanan antenatal care adalah
perlakuan yang diberikan kepada ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan.
Adapun intervensi dalam pelayanan antenatal
care meliputi intervensi dasar dan khusus.
d) Menurut
Departemen Kesehatan RI (1997), jika tidak melaksanakan Asuhan Antenatal Care
(ANC) sesuai aturan, dikhawatirkan akan terjadi komplikasi-komplikasi yang
terbagi menjadi tiga kelompok (Arsita, 2012), yaitu komplikasi obstetri
langsung, komplikasi obstetri tidak langsung dan Komplikasi yang tidak
berhubungan dengan obsterik.
3.2. Saran
Berdasarkan
uraian di atas maka penulis menyarankan agar pembaca dapat memahami tentang
pentingnya pelayanan antenatal bagi
seorang ibu hamil. Selain itu, penulis juga ingin merekomendasikan makalah ini
sebagai salah satu referensi bagi mahasiswa FKM UNDANA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar